Wisma lan Turangga

Ruangan yang terang benderang, nampak seperti Aula atau gedung serba guna. Lampu dan pengeras suara beribu watt tampakkan taringnya, memang dibuat begitu untuk menyukseskan pagelaran akbar ini. Dimana-mana tampak poster-poster, banner, dan berbagai macam alat dukungan. Teriakan-teriakan berisik serta sorak-sorai berbaur menjadi satu dengan setting-an maximal volume pengeras suara. Mirip sekali suasana ini dengan debat terbuka calon presiden Amerika yang akhirnya hanya di dominasi oleh opini-opini dari Senator Hillary Clinton dan Senator Barrack Obama. Mungkin kalau terlalu jauh daya khayal kalian sampai ke pemilihan presiden di Amerika, kita kembali saja ke pemilihan calon Kades, yang mempertandingkan antara Bpk. H. Tumingkir Dewanggono sebagai calon Kades dari dusun Purwomartani verus Bpk. Tukijan dari dusun Sorogenen. Tumingkir dan Tukijan, dua lawan politik setingkat desa yang diberi julukan masyarakatnya sebagai T2, mungkin karena itu backsound pemilihan ini sebuah lagu populer berjudul “OK”. Nah, ini hampir sama -jika dilihat dari sisi suasana- dengan pemilihan di Amerika sana. Bedanya sorak-sorai dan kerasnya suara dari corong microphone kali ini ditambah dengan riuh rendah kokokan ayam beserta cicitan anaknya, embikan kambing, serta lenguhan sapi. Sudah bisa dibayangkan?? Ahh, akhirnya. Memang terlalu jauh benua Amerika itu.

Tapi ada yang aneh disini, yang berdebat di atas panggung bukanlah Hillary Clinton atau Barrack Obama, apalagi Bpk. H. Tumingkir Dewanggono atau Bpk. Tukijan si dua lawan politik berjulukan T2. Tapi di satu podium berdiri dengan gagah sebuah Ford Escape 2004 Hijau, ban belakangnya kini telah berubah menjadi kaki dan ban depannya beradaptasi menjadi tangan. Front Bumper beserta lampu depannya menyala menjadi mata, dan tempat yang dulu adalah plat nomer, menjadi mulutnya. Mirip sekali dengan autorobot di Transformer. Di podium yang satu lagi tegak kokoh sebuah rumah Bukit Golf Cimanggis dengan Luas Tanah 120 dan Luas Bangunan 60. Matanya mengedip dari jendela atas, mulutnya membuka tutup dari pintu ruang tamu, dan kanopi menjadi hidungnya.

“Akulah yang sepatutnya lebih dulu dipilih untuk dimiliki”. Si mobil lebih dahulu membuka debat terbuka ini.

“Sudah kucanangkan program kerja, untuk membawa yang memilihku, berangkat kerja serta berkeliling kota Jakarta. Belum lagi bisa membawa ke tanah kelahiranmu saat mudik nanti. Dan semua nya dilakukan dengan memberikan kesan gagah padamu wahai pemilihku. Belum lagi bonus lirikan memandang kagum dari orang-orang yang memandang kita nanti”. Mobil melanjutkan debat ini dengan memaparkan proram kerjanya secara gamblang.

Tak mau kalah si rumah angkat bicara, karena saat ini memang gilirannya untuk berbicara,

“Mobil memang boleh dipilih. Tapi aku sarankan untuk memilihku terlebih dahulu. Investasi jangka panjang yang tak akan merugikan, dimana harga tanah tak pernah turun, melainkan selalu naik. Belum lagi akan ada keluarga bahagia yang akan aku naungi nanti. Mata-mata yang melewati pun tak kalahnya takjubnya memandang”, si rumah tanpa henti menonjolkan kelebihan-kelebihannya, sambil sesekali tetap mengedipkan mata jendelanya. Berjenis kelamin betina mungkin si rumah ini.

Karakter kedua pesaing yang terlihat arogan ini membuat suasana debat menjadi semakin seru.

“Kalau masalah keluarga yang kau lindungi jadi bahasan-mu hai rumah. Bayangkan keluarga muda yang kubawa berkeliling melihat-lihat pemandangan, disaat dirimu hanya bisa teronggok seperti barang tak berguna. Belum lagi nanti si kecil yang bermain bebas di kursi belakangku, belanjaan untuk keperluan sebulan yang dibeli ditaruh bagasi, dan ciuman mesra sang istri yang diantarkan belanja sementara si pemilih bekerja”. Mobil tak mau kalah, opini yang dilontarkan kembali memaparkan fakta-fakta untuk menjatuhkan si rumah.

Sementara sorak-sorai pendukung semakin riuh. Mengelu-elu kan kandidat yang mereka pilih.

Elu, elu, elu…” teriak mereka. Tak sedikit pula yang meng-gue-gue kan jagoannya.

Gue, gue, gue…”, sorak sebagaian mereka tak mau kalah.

Dan opini-opini terus terbentuk dengan berjalannya waktu. Saat satu opini menjatuhkan yang lain, maka tepuk tangan dan teriakan membahana.

Kadang teriakan-teriakan itu sedikit menyadarkan aku dari lamunan ini. Pergolakan batin yang sebenarnya membuat suasana kampanye dalam otakku sendiri. Membuat kubu mobil dan kubu rumah oleh syaraf-syaraf khayalanku, dan otot-otot daging menjadi pendukungnya. Yah beginilah, si anak muda yang tak punya uang cukup untuk memiliki keduanya, harus bertarung batin dulu guna memilih mana yang terlebih dahulu harus dimiliki. Tak apalah, karena tak punya cukup uang untuk memiliki, paling tidak aku punya cita-cita untuk menghadapkan kedua materi duniawi itu saling men-debat.

Di dalam kepalaku, debat menjadi semakin panas. Panas sekali bahkan. Karena sebagian pendukung ada yang sudah mulai membakar bendera pendukung lain. Perang mulut di atas panggung sudah mulai menjadi aksi lempar-lemparan microphone. Bahkan si rumah sudah berhasil mengangkat podiumnya untuk dilemparkan ke muka si mobil.

Terasa semakin berat dan pusing kepala ini.

***

Pelajaran menjadi seorang pria sejati oleh ayahku masuk ke bab berikutnya (pelajaran menjadi pria sejati lainnya silahkan baca diTeletubies Berpelukan) yaitu menjadi seorang yang mandiri. Memang itu yang kupegang teguh hingga sekarang. Termasuk dalam hal materi, karena mulai semester 1 perguruan tinggi, aku sudah meminta orang tua ku untuk menghentikan uang saku, sementara mereka masih sangat mampu untuk menjejalkan jajanan kepadaku. Termasuk dengan hal yang sekarang membuat kepala berat, karena debat terbuka tadi sudah menjadi chaos dan anarkhis persis seperti suporter Aremania yang membumi hanguskan Stadion Kediri.

***

Teman, dalam falsafah Jawa, ada lima hal duniawi yang berkaitan dengan rohani untuk dilengkapi, agar dapat menjadi seorang Pria Seutuhnya. Yaitu:

  1. Wisma (rumah) sebagai tempat bernaung, tak perlu megah yang penting memberikan ketentraman bagi si penghuninya **kalau bisa megah juga ga nolak**.
  2. Garwa (istri) yang melengkapi ketentraman di dalam rumah dalam suka maupun duka, memberikan support dalam bentuk apapun, karena dibalik pria yang hebat terdapat wanita yang luar biasa. Dan menjadi jiwa yang kosong seorang pria tanpanya, karena itulah kodrat seorang wanita: siGARaning nyaWA (belahan jiwa).
  3. Turangga (kuda) yang jaman sekarang dapat berarti kendaran, bisa mengantarkan kemana arah tujuan.
  4. Curiga (Keris) perlambang ketahanan diri dan prinsip yang dipegang teguh untuk membabat segala halangan.
  5. Kukila (Burung) sebagai simbol hobi menghibur dikala penat meraja..

Mau itu diartikan secara tersurat sebagai bentuk materi yang melengkapi hidup seorang pria, atau tersirat sebagai bekal media dan sarana untuk mencapai kehidupan yang lebih bahagia, kelima-limanya memang benar dilihat dari segi manapun. Karena mulai dari jaman patih, terbawa sampai sekarang di jaman pedih, seorang pria dianggap berhasil apabila berhasil memiliki serta memelihara makna kelima elemen ini.

Nah, dari ke lima elemen itu dua hal yang sekarang sedang menjadi dillema-ku **dibelakang Nelly dan Kelly bersenandung untukku**. Keduanya sama penting, dan sama susah dijangkaunya. Sementara kondisi perolehan nilai rupiah di tabunganku pointnya flat, cenderung menurun grafiknya, sehingga aku harus memilih salah satunya untuk dimiliki terlebih dahulu. Wisma atau turangga.

***

Rumah sangat penting artinya. Selain semakin mahalnya tanah dan bahan bangunannya, lahan yang disediakan semakin sedikit. Developer tak bisa melihat tanah kosong sedikit, langsung di buat cluster imut untuk dijadikan lahan hunian. Bisa-bisa saat nanti aku memutuskan membeli rumah, sudah tidak ada lagi lahan kosong yang tersedia untukku, sehingga terpaksa aku harus tinggal di apartemen **somboooooong**, atau jelek-jeleknya rumah susun. Ah, tak mau aku saat terbangun tidur nanti, bukan bumi yang kuinjak. Dan harga yang tak mungkin turun merupakan salah satu sarana paling efektif untuk investasi, dan ini cukup menggoda. Apalagi memikirkan masa depan keluargaku ada di dalamnya **adakah diantara kalian yang bersedia me-noyor kepalaku, untuk sadarkan agar tak melamun terlalu jauh??**

Sedangkan mobil. Nah, sebenarnya ada dendam kesumat antara aku dan mobil, membuatku bernafsu untuk memilihnya terlebih dahulu dibandingkan si rumah. Dilahirkan di tengah keluarga besar tujuh bersaudara. Dua bersaudara di awal perempuan, dan sisa lima ke bawah bujang-bujang bengal. Aku sendiri mendapat nomor urut paling bontot dengan sisa-sisa gen bapak ibu ku.

Ini yang sebenarnya menjadi titik mula dendam ini membara. Saat umurku cukup untuk mendapatkan hak sebuah kendaraan roda empat, bapakku memberikan alasan kenapa tak dibelikannya aku besi bergerak itu,

“Anak tujuh, masak satu-satu mau dibelikan mobil, bisa jadi tambah macet dunia ini”, ungkapnya masih berseragam putih hitam yang di dada sebelah kanannya berbordir dua kuda laut seperti sedang berciuman, lambang sebuah perusahaan minyak pemerintah.

Jadilah yang mendapatkan jatah mobil dua kakak ku yang perempuan, sementara lima anak bujangnya mendapatkan jatah motor Honda GL Pro, satu untuk satu orang. Ini pun bapak punya alasan sendiri,

“Anak lanang beli mobil sendiri, biar mandiri. Jadi jatah mobil buat yang perempuan”, kata bapak waktu itu. Suu’dzon ku waktu itu berpikir, dia mengajari anak prianya untuk mandiri, tapi membuai menantu anak perempuannya kelak. Bahagianya menjadi menantu Bapak Amat Munawar. Beruntung si menantu-menantu ini adalah seorang yang hebat dibidangnya, sehingga tak perlu kuperpanjang masalah ini **peace mba-mba ku!! J**

Dendam yang lain lebih kepada wujud egois masa remaja, atau bisa juga lebih disebut gengsi tak mau direndahkan. Melihat rekan sebayaku hilir mudik naik mobil. Ah, berkelas sekali mereka. Tertawa, bercanda bersama sahabat didalam adem nya AC mobil jatah dari orang tua mereka. Tampak lebih bisa masuk di semua kalangan pergaulan Jogja. Sementara aku berpeluh keringat, mencari nafkah sendiri menunggangi Honda Astrea Grand kemana-mana, yah GL Pro jatah untukku digondol maling tak tahu diri sewaktu aku sedang latihan band **anak band maannn!!!**.

Tapi dendam itu akhirnya berubah menjadi motivasi positif buatku. Dan patutlah aku berterima kasih kepada remaja-remaja ber-mobil itu. Karena telah menorehkan janji mendalam untukku sendiri, kalau aku akan lebih baik dari mereka, dan aku akan membeli materi dunia ber-kaburator ini SENDIRI!! Puncak pembuktianku adalah saat aku berhasil mendapatkan prestasi-prestasi yang jauh lebih membanggakan dari mereka, dan aku berhasil menarik hati seorang wanita cantiiiikk sekali sekaligus menyingkirkan pria sainganku, dengan Honda Astrea Grand yang mengalahkan aura BMW Merah Marun milik si pria. Hahahaha **tertawa licik**.

***

Pelan-pelan kucoba untuk mengatur kembali setting ruang kampanye, karena debat terbuka sebelumnya belum berhasil memutuskan pemenang mutlak. Kususun lagi podium tempat berdiri si mobil dan si rumah serta para pendukungnya. Namun tiba-tiba, tak disangka tak dinyana. Tarrr!! Terdengar letasan yang disertai asap putih yang kelilinginya. Muncul satu lagi podium di tengah podium si mobil dan si rumah. Berdiri angkuh namun terlihat sakral di podium itu, berkostum putih lengkap dengan jubah panjang, tak ketinggalan kembang-kembang melati serta payet yang jadi hiasannya. Dialah Sang Resepsi Pernikahan, siap memuntahkan emosinya karena tak diundang di pemilihan ini.

8 Responses to Wisma lan Turangga

  1. Corina says:

    ahahahahaha
    mobil? rumah? karepmuuuu :))
    eh.. amiiiiinnn

  2. shantiadewi says:

    mmmm….kok masih inget tho ja’ ??
    aku tau itu smua dari pangeranku’…. 😥

  3. rajasaadhi says:

    Masih inget opo tho mba lia…?

  4. emir says:

    Aduuhhhh Ja,
    Yo wis…30 jutaan aja mau? hehehehe…
    The sky is the limit, my comerade…u’ll get there.

  5. sheLia says:

    ya inget 5 petuah menjadi seorang lelaki pada saat saya diberitahu olehnya……(whuuuaa.. jadi aku lelaki ato wanita tho ja’??)

    yo wis ga pho2…bener katanya mas emir itu…the sky is the limit …iklannya juga udah segede gaban thu didepan patung pancoran 🙂

  6. Anak ABG Berponi says:

    Nuwun sewu, mas.. saya cuma mau **NOYORRRR !!**

  7. miss anti sosial says:

    nice!

  8. […] Kalau saja masa muda mu penuh dengan kebebasan tanpa jam malam, mungkin sekarang sudah terserang insomnia akut, sehingga matamu layaknya Chris Jhon sehabis bertanding. Mungkin kau akan menjadi seorang yang sombong dan angkuh serta tidak menghargai sebuah perjuangan jika masa muda mu penuh dengan fasilitas. Mungkin dengan mobil itu…… **speechless dibagian ini, dammit, dendam kesumat** […]

Leave a comment